Achieving the Dream Alongside of You

Sunday, October 28, 2012



Aneh kan judulnya? Yah, memang aneh. Tapi aku ga tau mau nulis judul apa lagi. Sekian lama ga ngeblog, jadi aku mau curhat aja kenapa aku ga ngepost apapun...

Pertama....

Ga ada passion. Yap, entah kenapa aku lagi ga semangat banget ngelakuin apapun. Jadi passive banget. Tugas kukerjain pas deadline-nya aja. Setiap hari palingan download drama, kalau ga variety shownya MBLAQ (yap, sekarang no more Suju. No more other boyband, just mblaq). Trus nonton kalau ada waktu luang. Atau bahkan main game dan download komik. Bener-bener waktu dipakai ga guna banget deh.

Kedua....

Aku gila-gilaan ngambil organisasi. Aduh biyuuung... ga lagi-lagi deh. Pertama, aku ngambil BEM. Kedua, ngambil DKM. Ketiga, ngambil KPU. Dari masing-masingnya ada proyek-proyek sendiri. Di BEM aku bertanggung jawab urusan Booklet (checklist!), Website (checklist!), dan terakhir Mading (no checklist TT-TT).  Di DKM aku ikutan KIMM (Komunitas Ilmiah Mahasiswa Muslim), trus jadi koor buat acara PEDAS (Pemuda Islam Harus Cerdas), dan menjadi koor pubdok FIF 2012 (FISIP Islamic Fair 2012) dan sekarang menjadi salah satu pementor MAI. Di KPU aku jadi koor bagian publikasi video. Hah... bunuh diri ini namanya.

Ketiga....

Fakta bahwa aku mahasiswa HI. Hubungan Internasional kelihatannya aja keren, tapi tahu tidak hampir setengah mahasiswanya berusaha kabur alias ganti jurusan pas naik ke tahun kedua? Alasannya, living in HI just like living in hell! Tugasnya.... oh, kalian takkan bisa membayangkan! Sepertinya HI harus bikin penerbitan sendiri, karena hampir tiap hari pikiran kita terkuras oleh makalah, essay, paper, dan lain-lain. Dan dosennya, hampir setengahnya jalan berpikirnya tidak seperti jalan berpikir manusia biasa. Mereka manusia luar biasa kali... haha... Antara bakal masuk apa tidak, kehadiran diganti dengan tugas... and so... so...

Keempat....

Ini yang mendasari judul postingan kali ini. Belakangan ini baru kusadari gadget apapun yang kepemilikannya berpindah padaku, setidaknya pertanggungjawabannya, semuanya hancur. Bukan hilang lagi, hancur. Dari Blackberry yang sekarang dipakein selotip disekelilingnya karena chasingnya hancur, sama tiga laptop dalam jarak kurang dari dua tahun. Tiga. Ga pake bohong. Korban pertama (identitas: axioo warna putih) hancur LCD-nya gara-gara dijatuhin dari lemari ditambah ditekan oleh siku adik bungsuku tercinta sehingga sempat dipakai perban (baca karet ban) disekeliling LCD supaya bisa nyala, dia berakhir di Axioo center dan menghabiskan hampir satu juta untuk ngebetulinnya lagi. Korban kedua (identitas: lenovo mini warna hitam) jatuh dari meja kampus, LCD nya rusak, habis itu ga tau gimana ceritanya, beberapa huruf keyboardnya ga bisa ditekan, buat penggerak kursornya rusak kena air, windows nya tak mau jalan kecuali dalam keadaan safe mode, dan terakhir antara layar.... dan keyboard.... hampir putus... zzz...zzz... korban ketiga (identitas: axioo warna hitam), ga tau kenapa bagian pinggir chasing layarnya terbuka, bagian penyambung antara layar dan keyboard patah serta kursornya ga bisa klik kanan. Aku sudah membunuh tiga laptop dengan cara yang sadis. Huahaha... *ketawa hampa*. Laptop sekarang yang sedang ada di tanganku (identitas: Hewlett-Packard mini warna hitam), jangan sampai menjadi korban, karena yang ada aku juga dibunuh duluan oleh ortu.... *author menangis dalam kegelapan*

Saturday, October 27, 2012




Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun menggandeng tangan ayahnya, mereka baru pulang dari pasar. Sepanjang perjalanan mereka membicarakan makan malam apa yang akan dibuat oleh ibunya. Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari samping mereka. Mereka menoleh, seseorang dengan pakaian hitam berteriak menyuruh mereka menyingkir. Si anak laki-laki kebingungan, sang ayah langsung menyadari apa yang terjadi. Mereka terperangkap dalam baku tembak dua pihak yang saling bermusuhan, Hamas dan Israel. Suara tembakan terus meletus, sang ayah yang panik menarik anaknya dan dirinya bersembunyi di balik tempat sampah. Ia berteriak meminta dua pihak itu berhenti. Satu pihak meminta gencatan senjata sementara, satu pihak lagi melanggar gencatan senjata tersebut dan menganggapnya sebagai keuntungan. Mereka menembaki lawan mereka yang tak bisa mengangkat senjata, memuntahkan seluruh peluru mereka, termasuk kepada anak laki-laki itu. Sang ayah yang memegang tubuh anak laki-lakinya yang kini terbaring kaku dalam dekapannya, hanya bisa meratap. Beberapa hari kemudian, berita itu sampai ke telinga dunia internasional. Muhammad Al-Durra, nama anak itu. Peluru yang bersarang di dadanya dipercaya milik Israel.

Sejak masih kecil saya selalu disuguhi kisah-kisah perjuangan penduduk Palestina. Dari tontonan, bacaan, semuanya selalu berbumbu hal-hal diatas. Saya yang masih berusia sepuluh tahun berkata, “kasian sekali mereka.” Saya yang berusia tiga belas tahun berkata, “dasar Israel jahat! Semoga masuk neraka!” dan saya yang dua puluh tahun, mahasiswa HI, berkata, “Dunia itu anarki. Semua bisa menjadi korban bagi kepentingan politik beberapa pihak.” Tapi hal tersebut tak menjadikan saya kehilangan keyakinan saya, bahwa meskipun dunia itu anarki, tindakan yang melukai hak-hak orang yang tak bersalah itu benar.

Saya masuk HI karena keyakinan tersebut, keyakinan yang tadinya hanya mengawang dalam empati saya terhadap mereka, kemudian menohok saya ketika mendengar seorang ibu paruh baya yang rumahnya baru digusur berteriak kepada kameramen yang merekamnya, “Katanya kita itu bersaudara! Katanya kita bagaikan satu tubuh, satu tersakiti dan semua merasakan sakitnya! Tapi dimana kalian saat kami kehilangan suami dan anak-anak kami? Dimana kalian saat kami kehilangan tempat tinggal dan harta kami?”

Ibu itu berteriak pada saya.

Apa yang saya lakukan disini, hanya menonton, berempati dan marah-marah tak jelas dan tak berefek. Saya sadar bahwa tak bisa selalu menyalahkan Israel atau siapapun yang bertindak sebagai orang jahat dalam tontonan tersebut. Perjanjian Camp David, Pemutusan boikot minyak, dan apapun yang mendukung diteruskannya penindasan tersebut melibatkan egoisme dan keserakahan orang-orang yang seharusnya menolong ibu tersebut. Dan saya tahu tujuan saya, saya harus melakukan sesuatu untuk menolong mereka. Kewajiban yang datang dengan bersamaan dengan keyakinan tersebut. Bukan hanya menjadi orang yang menonton, dan merasa kasihan. Namun menjadi seseorang yang memiliki pengaruh dan bisa berkontribusi baik meskipun hanya sedikit sebelum saya mati. Saya percaya bahwa menolong mereka adalah kewajiban bagi saya, bagi orang lain, bagi semuanya. Sekali lagi karena itu saya masuk HI, mencari cara dan solusi, untuk melakukan sesuatu, bagi mereka.


Art of War karya Sun Tzu. The Republic karya Plato. Canon of Medicine karya Ibnu Sina. Wealth of Nation karya Adam Smith. Das Kapital karya Karl Marx. Semuanya adalah karya sastra dalam ilmunya masing-masing. Dan semuanya mampu mengubah dunia yang ditempatinya. Art of War dari China menjadi rujukan bagi Napoleon Bonaparte menginvasi dunia, The Republic dari Yunani mengguncang dunia filsafat politik dan memberikan pandangan baru dalam ilmu kenegaraan, Canon of Medicine dari Arab menjadi dasar ilmu kesehatan oleh seluruh dokter di dunia. Wealth of Nation dari barat memberikan perspektif baru dalam ilmu ekonomi dan bahkan merujuk ke ideology baru yang paling menyebar luas di dunia saat ini. Das Kapital melawannya dengan memberikan efek besar berupa ideology besar yang mengarah ke Perang Dunia 2. Masing-masing hanyalah sebuah buku, berbahan kertas atau perkamen, ditulis dengan pena dan tinta, namun buku-buku ini memiliki kekuatan tak terlihat yang mempengaruhi jutaan umat manusia.

Ideologi liberalisme, kapitalisme, marxisme, komunisme, darimanakah semua itu berasal? Semuanya dari pemikiran beberapa orang yang mereka tuangkan ke dalam tulisan dan mereka publikasikan.. Saat ini pemikiran mereka menjadi rujukan dunia dalam system pemerintahan, namun dulu pemikiran itu dicemooh banyak orang. Mereka dibilang ‘gila’, ‘sinting’ dikutuk banyak orang atas ide-ide mereka yang menabrak batas-batas social, dan moral yang ada saat itu. Namun mengapa kita sampai saat ini masih menggunakan ideology tersebut? Jelas karena ide-ide tersebut tidak hanya terkukung dalam otak mereka saja, namun karena mereka tuliskan, mereka bagikan dan ide tersebut sampai pada orang ‘gila’-orang ‘gila’ di tempat lain, di waktu yang jauh kemudian menyetujui/menyukai ide tersebut dan dengan kekuatan mereka mengaplikasikan ide tersebut dalam kehidupan orang banyak, sukarela ataupun tidak.

Pemikiran. Manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk berpikir dari hal-hal yang paling konyol sampai hal yang besar dan serius. Tapi manusia berpikir, anugerah yang luar biasa dari Tuhan yang membedakannya dari makhluk-makhluk ciptaanNya yang lain. Namun yang ingin disampaikan disini adalah bagaimana pemikiran tersebut bisa sampai kepada orang lain?

Apakah pernah kalian merasa tidak puas akan sesuatu? Tidak suka akan sesuatu? Pernahkah kalian sampaikan kepada orang mengenai ketidaksukaan tersebut? Jika tidak, maka selamat! Dunia kalian mungkin takkan pernah berubah dan terus berjalan dengan mengecewakan kalian. Namun jika kalian utarakan pada orang tersebut mengenai ketidaksukaan itu, kemudian orang tersebut tak menanggapi dan mencemooh kalian apakah kalian akan berhenti begitu saja?

Tuliskanlah. Sampaikanlah pada orang lain. Carilah segelintir orang yang berpikiran sama dengan kalian. Dengan begitu mereka juga memiliki kesempatan untuk merubah dunia mereka. Mungkin kalian akan dikutuk, dikecam, dikatakan tidak menghargai batas-batas yang ada, atau sebaliknya dikatakan tak menghargai kebebasan. Ini era demokrasi, dimana kalian takkan dibunuh karena menuliskan beberapa patah kata saja. Yah terkecuali jika kalian menuliskan tata cara membunuh Presiden Obama, mungkin dalam beberapa jam secret service langsung menangkap kalian di kostan kalian masing-masing.

Pemikiran merupakan ilmu, maka seperti kata Imam Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya.” Biar tak hilang begitu saja begitu kita tak ada di dunia ini lagi.

“We are told to remember the idea, not the man, because a man can fail. He can be caught, he can be killed and forgotten, but 400 years later, an idea can still change the world. I’ve witnessed first hand the power of ideas, I’ve seen people kill in the name of them, and die defending them… but you cannot kiss an idea, cannot touch it, or hold it… ideas do not bleed, they do not feel pain, they do not love…”-Evey Hammond from “V for Vendetta” (2006)

Satu quote lagi!

“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan karya”-Forum Lingkar Pena J

Minatku adalah mengamati. Meskipun terdengar aneh tapi aku senang mengamati banyak hal, terutama manusia. Aku senang melihat bagaimana orang ini dan orang itu berinteraksi satu sama lain, kenapa dia memakai baju cerah hari ini, kenapa dia berwajah itu pagi ini, dan hal-hal lain yang bisa menarik perhatianku. Aku mungkin terlihat seperti orang yang menilai orang dari luarnya saja, tapi sesungguhnya aku hanya menyimpannya untuk diriku sendiri, untuk kuimajinasikan. Yah, memang terdengar semakin aneh.
Minatku berhubungan satu sama lain, dan minatku mengamati manusia berhubungan dengan minatku untuk menulis. Aku suka membayangkan temanku yang satu ini, mendengarnya bercerita, mendengarnya berbicara tentang mimpi-mimpinya, dan aku sudah membayangkan jalannya menuju mimpinya. Aku mengimajinasikannya dalam kepalaku, menuliskannya sebagai sebuah cerita, dan menghadiahkannya padanya sebagai sebuah doa.

Hanya sekedar mengamati bisa mendatangkan banyak hal, dari hal yang paling kecil seperti membantu menghabiskan waktu saat mengantri, menunggu datangnya makanan, atau sampai memperkaya tulisanku dan membuat waspada karena kita tahu karakter orang dari hasil imajinasi sementara kita terhadap orang tersebut. Mengamati itu murah bahkan gratis, semua bisa melakukannya, tentu saja jangan ada niat buruk dalam melakukannya. Dari mengamati kita bisa menjadi siapa saja, bisa menjadi penulis, bisa menjadi seorang aktor, pelukis, menjadi seorang orator, motivator bahkan seorang diplomat.

the great advantage of being writer is that you can spy on people. You’re there, listening to every word, but part of you is observing. Everything is useful to a writer, you see every scrap, even the longest and most boring of luncheon parties   –Graham Greene-



PS: Akhirnya aku ngepost juga, tapi kali ini sekedar untuk membagi tugas Filsafat Ilmu biar dibaca banyak orang....keke...

Sebenarnya tugas ini harusnya dipost di FB, namanya Bandung School, tapi kebetulan harus banyak yang komen sementara punyaku belum ada satupun yg komen. Padahal komen mempengaruhi nilai. hiks... yah sudahlah...