Newbie Mom's Blog

Achieving the Dream Alongside of You

Saturday, November 11, 2017

Jerawat. Kayaknya masalah kulit yang satu ini bisa jadi musuh bersama umat manusia. Belum lagi buat yang kulitnya sensitif dan sangat mudah berjerawat, kayaknya dengar kata jerawat saja sudah membuat kulit terasa gatal dan hati sesak.
Penulis sendiri pernah mengalami masa-masa kegelapan yang dikenal sebagai masa jerawat lagi subur-suburnya. Segala jenis pembersih dicoba, tidak ada yang cocok, yang ada jerawat justru makin subur dan berkembang biak di wajah. Pada akhirnya penulis terpaksa menyelesaikan permasalahan kulit ini ke ahlinya, dokter kulit.
Sama halnya dengan sang adik, yang juga sedang mengalami masa-masa kelam ini. Produk-produk pembersih yang dia pakai juga tidak efektif jadinya makin parah jerawatnya. Diborong juga deh ke dokter kulit yang terkenal, Dr. Kun Jayanata SPKK(K) Dr. Kun kemudian memberikan sejumlah penjelasan mengenai sejumlah bahan yang rupanya tidak baik dikandung di dalam produk perawatan kulit buat yang berjerawat.
Bahan apa saja sih yang dimaksud? Pasti akan membuat kalian kaget karena ada dua kandungan yang dilarang yaitu: Tea Tree, dan Sulfur.
Loh? Tea Tree dan Sulfur bukannya bagus untuk kulit? Memang, tapi tampaknya untuk kulit yang sangat sensitif terhadap jerawat sebaiknya ketiga kandungan tersebut dihindari dulu. Bahkan Dr. Kun bilang lebih baik cuci muka pakai sunlight dibandingkan pakai pencuci muka yang mengandung ketiganya. Selain itu perlu kita hindari penggunaan produk cuci muka yang mengandung scrub, karena scrub justru akan merusak lapisan kulit yang sudah sensitif. Dan yang paling penting adalah jauhi facial, soalnya ternyata facial justru membuat kulit kita berlubang-lubang setelah jerawat. Jadinya tidak bisa mulus lagi deh. Selain itu juga ternyata kita dianjurkan untuk berhenti mengkonsumsi vitamin E berlebihan, karena kebanyakan vitamin E justru tidak baik buat kulit.
Jadi sekarang sebenarnya jenis produk apa sih yang aman untuk kulit yang berjerawat?
Ternyata produk pembersih wajah yang aman buat kulit berjerawat itu banyak loh, selama menjauhi tiga pantangan di atas. Jadi produk pembersih muka apa saja yang aman buat yang berjerawat? Berikut diantaranya:
  1. Clean and Clear Facial Foaming Wash
sumber: https://www.cleanandclear.co.id/produk/clean-clear-foaming-facial-wash#cara-bekerja (9/11/2017)
Produk pembersih wajah yang terbuat dari gel dan lebih banyak busanya memang lebih dianjurkan untuk kulit berjerawat dan Clean and Clear Foaming Facial Wash dari Johnson and Johnson ini menjadi alternatif pembersih muka yang cukup aman untuk kulit sensitif. Selain itu sabun ini juga bisa mengurangi minyak berlebih tanpa menjadikan kulit menjadi terlalu kering. Sabun ini menjadi pilihan yang aman banget buat yang takut jerawatnya kambuh.
2. Clean and Clear Acne Clearing Cleanser
sumber: https://www.cleanandclear.co.id/sites/cleanandclear_id/files/styles/product_image/public/acne_clearing_cleanser.png?itok=cR8wB51P (9/11/2017)
Produk ini selain harganya yang terjangkau, cocok banget buat yang kulitnya sensitif dan mudah berjerawat karena mengandung salicylic acid yang masuk hingga ke dalam pori untuk melawan bakteri penyebab jerawat.
3. Acnes Foaming Wash
sumber: https://www.prosehat.com/wp-content/uploads/2016/02/Acnes-Foaming-Wash-100ml.jpg (9/11/2017)
Produk dari Acnes ini memang khusus untuk mengatasi kulit yang berjerawat. Kandungan mentol nya membuat kulit terasa segar dan halus, selain itu vitamin C nya juga sangat bagus buat kulit. Sabun cuci muka ini bisa membantu menghilangkan komedo dan kotoran berlebih secara efektif.
4. Acnes Natural Care Complete White Face Wash
sumber: http://image.femaledaily.com/dyn/400/images/prod-pics/product_1433835603_Acnes_atur_800x800.jpg (9/11/2017)
Varian yang satu ini dari Acnes selain mampu mengurangi masalah jerawat namun juga mampu memutihkan wajah dan menyamarkan bekas jerawat. Produknya juga lembut dan aman buat kulit.
5. Sebamed Clear Face Anti Bacteria Cleansing Foam
sumber: http://www.sebamed.co.uk/skin-hair/wp-content/uploads/2016/05/CLEAR-FACE_CLEANSING-FOAM.jpg (11/11/2017)
Produk yang satu ini terkenal efektif buat mengurangi jerawat di wajah. Selain itu buat kulit yang lagi sensitif-sensitifnya, kandungan PH sudah disesuaikan agar wajah tidak perih atau justru malah timbul jerawat lebih banyak. Bagus banget buat yang mau mulai memulihkan jerawat. Produk ini cocok baik buat kulit berminyak ataupun normal.
6. Cetaphil Gentle Skin Cleanser
Sumber: https://media.allure.com/photos/59023bd57da179416ac6b43c/master/pass/allure-rca-2017-cetaphil-cleanser-review.jpg (11/11/2017)
Seperti namanya, produk ini merupakan produk pembersih wajah yang sangat lembut dan aman buat wajah yang sensitif. Di dalamnya tidak terdapat formula sabun hingga sangat aman untuk segala jenis kulit bahkan untuk kulit bayi sekalipun. Kalau buat bayi saja aman, apalagi buat kulit kamu.

7. Garnier Light Complete Multi Action Brightening Foam

Produk ini bagus buat kulit yang berjerawat ataupun yang ingin menghilangkan bekas jerawat. Dengan kandungan lemonnya bisa mencerahkan kulit yang kusam serta kandungan spf nya bisa melindungi kulit yang terkena paparan sinar matahari.

Keseluruhan produk ini merupakan produk yang aman buat kulit kamu yang berjerawat. Seringkali perawatan yang paling efektif bagi kulit yang berjerawat adalah hanya dengan rajin membersihkannya, namun dengan produk-produk pembersih wajah yang lembut dan aman buat kulit kita. Selamat berjuang melawan jerawat!

Tuesday, October 31, 2017



Tidak pernah terbayangkan hari itu bagi Toni, seorang gadis berusia 15 tahun bahwa ia akan terlibat dalam kejadian yang akan menghantuinya hingga puluhan tahun mendatang. Hari itu, Laurie, temannya yang lebih tua dua tahun darinya serta Hope teman terdekatnya, datang menjemput dirinya untuk menemui teman baru mereka yang bernama Melinda. Dia tak pernah bertemu Melinda, tapi mendengar bahwa Melinda memiliki kesamaan latar belakang dengan anggota geng mereka yang lainnya yang sama-sama berasal dari keluarga yang berantakan ia yakin mereka akan bisa dekat dengan cepat. Di saat ia bertemu dengan Melinda, ia terkagum-kagum karena gadis berusia 15 tahun ini sangatlah cantik dan murah senyum dengan rambut yang hitam menawan. Namun Toni bisa melihat dibalik senyuman Melinda, ada kemarahan yang tertahan. Hari itu Melinda ikut bersama mereka, namun Toni menyaksikan pisau yang dibawa teman barunya tersebut.

Di mobil, Melinda menyatakan ia ingin menggunakan pisau tersebut untuk menakut-nakuti seorang gadis berusia 12 tahun bernama Shanda karena telah merebut pacarnya. Toni tidak ingin terlibat, tapi ia tidak bisa menolak untuk ikut bersama mereka. Toni menolak menjadi orang yang menjemput Shanda, ia juga menolak menjadi salah satu orang yang menyiksa gadis 12 tahun itu hingga berdarah-darah. Ia menolak menyaksikan darah keluar dari tubuh Shanda. Tapi ia diam saja. Ia diam saja saat Shanda di bagasi mobil mereka bertiga meronta-ronta kesakitan. Ia diam saja saat Laurie dan Melinda bangun untuk kembali menikamkan pisau ke dada Shanda  agar gadis kecil itu mati. Tapi Shanda masih hidup, sepanjang perjalanan Toni dengan sahabat-sahabatnya hingga sampai kerumah Laurie, Shanda masih hidup, Meskipun begitu Toni tetap membisu. Dia menyadari horor yang baru saja dilakukan oleh teman-temannya, saat mereka tertawa-tawa di mobil membicarakan hal mengerikan yang baru saja mereka lakukan terhadap seorang anak perempuan, anak perempuan yang dimaksud tersebut masih hidup, sekarat di bagasi mobil mereka. Hingga akhirnya ia menemui ajalnya saat Laurie dan Melinda memutuskan untuk membakar Shanda hidup-hidup.

Toni memang tidak terlibat, bukan dia yang menculik Shanda dari rumah orang tuanya, bukan ia yang menyiksa Shanda hingga sekarat, atau membakar gadis cilik itu hingga tewas. Namun diamnya dirinya sepanjang peristiwa tersebut menewaskan seorang anak perempuan. Karena diamnya Toni merupakan hal yang menjadikan usaha Shanda bertahan hidup di balik bagasi mobil gadis-gadis remaja tersebut sia-sia. Shanda pada akhirnya tewas juga, tiga kali ditikam di dada dengan jarak waktu yang berbeda tak membuat gadis cilik itu tewas, api yang disulut oleh kemarahan Melinda lah yang pada akhirnya menghentikan perjuangan Shanda.
Dua dari remaja ini membunuh anak 12 tahun, satu ikut terlibat penyiksaan, dan satu hanya diam.
Kasus Toni merupakan kasus pembunuhan terkenal di Amerika yang melibatkan 4 orang anak remaja yang terlibat dalam pembunuhan seorang anak perempuan berusia 12 tahun yang terjadi pada tahun 1992. Toni tidak sendiri. Banyak remaja yang memilih diam begitu menghadapi permasalahan seperti bullying. Pada awalnya, seperti Toni mereka mungkin sudah terbiasa dengan kekerasan sehingga apa yang terjadi di hadapan mereka adalah hal yang normal. Intimidasi, sedikit ancaman dan gertakan mungkin itu saja yang akan terjadi sehingga Toni dan remaja lainnya memilih untuk diam saja. Namun begitu kekerasan menjadi suatu hal normal, yang terjadi berikutnya jika tidak segera diatasi hanyalah eskalasi. Tidak jarang kekerasan dari bullying berakhir kematian, seperti yang terjadi di Sukabumi pada bulan Agustus silam yang menewaskan anak SD berusia 8 tahun. Siapa yang menyangka anak SD bisa membunuh temannya sendiri?

Hal yang disebut dengan desensitization, atau berkurangnya hingga menghilangnya respon terhadap peristiwa atau pengaruh negatif dikarenakan hal tersebut diekspos secara terus-menerus adalah hal yang menjadi realita saat ini. Dan sayangnya untuk memunculkan reaksi dalam kondisi masyarakat atau lingkungan yang sudah ter-desensitization, hanya bisa dengan diekspos oleh eskalasi kekerasan yang lebih. Untuk memberhentikan proses ini hanyalah dengan kemunculan kesadaran dari para saksi dari kekerasan bahwa yang terjadi bukanlah hal yang normal, kekerasan adalah kekerasan dan perlu dihentikan.

Banyak dari orang yang hendak bersaksi atas peristiwa yang terjadi mungkin ketakutan akan keselamatan dirinya. Remaja-remaja ini mungkin takut dianggap sebagai pengadu, takut dijauhi, takut menjadi target berikutnya dari bullying sehingga memutuskan untuk memilih diam. Akan tetapi diam bukanlah terlepas dari tanggung jawab atas peristiwa yang terjadi. Diam juga memiliki pertanggungjawabannya sendiri. Shanda akan masih hidup hingga sekarang, mungkin menikah dan memiliki keturunan jika Toni tidak memilih diam. Budaya diam hanya akan menciptakan masyarakat yang menormalisasikan kekerasan. Jadi ajarkan remaja-remaja ini tanggung jawab dan beban dari diam. Bahwa diam bukan selamanya emas.


Ingatkan mereka kembali akan suara-suara mereka yang berharga, yang bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Ajarkan mereka untuk berhenti diam. Ajarkan mereka untuk tidak takut menyampaikan apa yang mereka saksikan. Di Indonesia sudah terdapat lembaga yang siap memberikan perlindungan bagi mereka yang mau bersaksi, arahkan mereka ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) jika mereka siap bersuara. LPSK siap memberikan perlindungan apapun yang mereka butuhkan agar mereka bisa terjamin keselamatannya baik perlindungan identitas, tempat tinggal dan keamanan yang lainnya. Sehingga diam bukan lagi pilihan. 


Referensi: 
Lewis, Bob (January 31, 1993). "Thinking the Unthinkable: What Led 4 Teens to Torture, Murder Child?". Los Angeles Times. Retrieved August 24, 2016.
Lohr, David. "Death of Innocence - The Murder of Young Shanda Sharer". Crimelibrary.com. Chapter 9 Dead?. Archived from the original on April 10, 2014. Retrieved August 24, 2016. 

Monday, November 11, 2013

Yooooo......aaaaa!!!

Hahah.

Ga nyangka, lewat setahun ga ngisi blog. Malu saya. Well... many things happen. Okeh, not that many. That’s why i’m not writing.

Too lazy? Embarassingly, yeah.

Lanjutan CHS sudah belum ada progress. Aku stuck, ga bisa nulis. Masuk kuliah dengan banyak tuntutan menulis, essay, makalah, skripsi-skripsi (an) membuatku hampir mual dengan yang namanya menulis. Yap. Aku hampir kehilangan passion menulis. Tekanan keilmiahan tulisan, tatanan, struktur menulis karya ilmiah dengan semua analisis sosial, politik, dengan sudut pandang realis, liberal, struktural, postmo dan masih banyak lagi tetek bengek tugas HI kayanya membuatku ingin lari. Aku hampir lumpuh rasanya. Ketika dulu aku dengan asik dan santai mengerjakan CHS, kini aku setiap kali mau memulai aku ketakutan. Takut salah, kurang rasional, atau kurang emosional, bahasanya tidak begitu bagus dan segala macamnya. Aku jadi sangat khawatir tulisanku mulai kehilangan ciri khasku.


Sekarang mungkin Cuma mencoba teringat lagi bagaimana menulis. Aku mau mengulang lagi dari awal. Katanya kalau orang yang memiliki tulisan yang bagus adalah orang yang rajin menulis diari. Sekarang harap maklum, mungkin berikutnya blog ini akan menjadi tempat aku tumpah ruah ngomong apa aja. Aku mau belajar dari awal lagi. Menulis dengan passion dan dengan style ku sendiri.

Sunday, October 28, 2012



Aneh kan judulnya? Yah, memang aneh. Tapi aku ga tau mau nulis judul apa lagi. Sekian lama ga ngeblog, jadi aku mau curhat aja kenapa aku ga ngepost apapun...

Pertama....

Ga ada passion. Yap, entah kenapa aku lagi ga semangat banget ngelakuin apapun. Jadi passive banget. Tugas kukerjain pas deadline-nya aja. Setiap hari palingan download drama, kalau ga variety shownya MBLAQ (yap, sekarang no more Suju. No more other boyband, just mblaq). Trus nonton kalau ada waktu luang. Atau bahkan main game dan download komik. Bener-bener waktu dipakai ga guna banget deh.

Kedua....

Aku gila-gilaan ngambil organisasi. Aduh biyuuung... ga lagi-lagi deh. Pertama, aku ngambil BEM. Kedua, ngambil DKM. Ketiga, ngambil KPU. Dari masing-masingnya ada proyek-proyek sendiri. Di BEM aku bertanggung jawab urusan Booklet (checklist!), Website (checklist!), dan terakhir Mading (no checklist TT-TT).  Di DKM aku ikutan KIMM (Komunitas Ilmiah Mahasiswa Muslim), trus jadi koor buat acara PEDAS (Pemuda Islam Harus Cerdas), dan menjadi koor pubdok FIF 2012 (FISIP Islamic Fair 2012) dan sekarang menjadi salah satu pementor MAI. Di KPU aku jadi koor bagian publikasi video. Hah... bunuh diri ini namanya.

Ketiga....

Fakta bahwa aku mahasiswa HI. Hubungan Internasional kelihatannya aja keren, tapi tahu tidak hampir setengah mahasiswanya berusaha kabur alias ganti jurusan pas naik ke tahun kedua? Alasannya, living in HI just like living in hell! Tugasnya.... oh, kalian takkan bisa membayangkan! Sepertinya HI harus bikin penerbitan sendiri, karena hampir tiap hari pikiran kita terkuras oleh makalah, essay, paper, dan lain-lain. Dan dosennya, hampir setengahnya jalan berpikirnya tidak seperti jalan berpikir manusia biasa. Mereka manusia luar biasa kali... haha... Antara bakal masuk apa tidak, kehadiran diganti dengan tugas... and so... so...

Keempat....

Ini yang mendasari judul postingan kali ini. Belakangan ini baru kusadari gadget apapun yang kepemilikannya berpindah padaku, setidaknya pertanggungjawabannya, semuanya hancur. Bukan hilang lagi, hancur. Dari Blackberry yang sekarang dipakein selotip disekelilingnya karena chasingnya hancur, sama tiga laptop dalam jarak kurang dari dua tahun. Tiga. Ga pake bohong. Korban pertama (identitas: axioo warna putih) hancur LCD-nya gara-gara dijatuhin dari lemari ditambah ditekan oleh siku adik bungsuku tercinta sehingga sempat dipakai perban (baca karet ban) disekeliling LCD supaya bisa nyala, dia berakhir di Axioo center dan menghabiskan hampir satu juta untuk ngebetulinnya lagi. Korban kedua (identitas: lenovo mini warna hitam) jatuh dari meja kampus, LCD nya rusak, habis itu ga tau gimana ceritanya, beberapa huruf keyboardnya ga bisa ditekan, buat penggerak kursornya rusak kena air, windows nya tak mau jalan kecuali dalam keadaan safe mode, dan terakhir antara layar.... dan keyboard.... hampir putus... zzz...zzz... korban ketiga (identitas: axioo warna hitam), ga tau kenapa bagian pinggir chasing layarnya terbuka, bagian penyambung antara layar dan keyboard patah serta kursornya ga bisa klik kanan. Aku sudah membunuh tiga laptop dengan cara yang sadis. Huahaha... *ketawa hampa*. Laptop sekarang yang sedang ada di tanganku (identitas: Hewlett-Packard mini warna hitam), jangan sampai menjadi korban, karena yang ada aku juga dibunuh duluan oleh ortu.... *author menangis dalam kegelapan*

Saturday, October 27, 2012




Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun menggandeng tangan ayahnya, mereka baru pulang dari pasar. Sepanjang perjalanan mereka membicarakan makan malam apa yang akan dibuat oleh ibunya. Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari samping mereka. Mereka menoleh, seseorang dengan pakaian hitam berteriak menyuruh mereka menyingkir. Si anak laki-laki kebingungan, sang ayah langsung menyadari apa yang terjadi. Mereka terperangkap dalam baku tembak dua pihak yang saling bermusuhan, Hamas dan Israel. Suara tembakan terus meletus, sang ayah yang panik menarik anaknya dan dirinya bersembunyi di balik tempat sampah. Ia berteriak meminta dua pihak itu berhenti. Satu pihak meminta gencatan senjata sementara, satu pihak lagi melanggar gencatan senjata tersebut dan menganggapnya sebagai keuntungan. Mereka menembaki lawan mereka yang tak bisa mengangkat senjata, memuntahkan seluruh peluru mereka, termasuk kepada anak laki-laki itu. Sang ayah yang memegang tubuh anak laki-lakinya yang kini terbaring kaku dalam dekapannya, hanya bisa meratap. Beberapa hari kemudian, berita itu sampai ke telinga dunia internasional. Muhammad Al-Durra, nama anak itu. Peluru yang bersarang di dadanya dipercaya milik Israel.

Sejak masih kecil saya selalu disuguhi kisah-kisah perjuangan penduduk Palestina. Dari tontonan, bacaan, semuanya selalu berbumbu hal-hal diatas. Saya yang masih berusia sepuluh tahun berkata, “kasian sekali mereka.” Saya yang berusia tiga belas tahun berkata, “dasar Israel jahat! Semoga masuk neraka!” dan saya yang dua puluh tahun, mahasiswa HI, berkata, “Dunia itu anarki. Semua bisa menjadi korban bagi kepentingan politik beberapa pihak.” Tapi hal tersebut tak menjadikan saya kehilangan keyakinan saya, bahwa meskipun dunia itu anarki, tindakan yang melukai hak-hak orang yang tak bersalah itu benar.

Saya masuk HI karena keyakinan tersebut, keyakinan yang tadinya hanya mengawang dalam empati saya terhadap mereka, kemudian menohok saya ketika mendengar seorang ibu paruh baya yang rumahnya baru digusur berteriak kepada kameramen yang merekamnya, “Katanya kita itu bersaudara! Katanya kita bagaikan satu tubuh, satu tersakiti dan semua merasakan sakitnya! Tapi dimana kalian saat kami kehilangan suami dan anak-anak kami? Dimana kalian saat kami kehilangan tempat tinggal dan harta kami?”

Ibu itu berteriak pada saya.

Apa yang saya lakukan disini, hanya menonton, berempati dan marah-marah tak jelas dan tak berefek. Saya sadar bahwa tak bisa selalu menyalahkan Israel atau siapapun yang bertindak sebagai orang jahat dalam tontonan tersebut. Perjanjian Camp David, Pemutusan boikot minyak, dan apapun yang mendukung diteruskannya penindasan tersebut melibatkan egoisme dan keserakahan orang-orang yang seharusnya menolong ibu tersebut. Dan saya tahu tujuan saya, saya harus melakukan sesuatu untuk menolong mereka. Kewajiban yang datang dengan bersamaan dengan keyakinan tersebut. Bukan hanya menjadi orang yang menonton, dan merasa kasihan. Namun menjadi seseorang yang memiliki pengaruh dan bisa berkontribusi baik meskipun hanya sedikit sebelum saya mati. Saya percaya bahwa menolong mereka adalah kewajiban bagi saya, bagi orang lain, bagi semuanya. Sekali lagi karena itu saya masuk HI, mencari cara dan solusi, untuk melakukan sesuatu, bagi mereka.


Art of War karya Sun Tzu. The Republic karya Plato. Canon of Medicine karya Ibnu Sina. Wealth of Nation karya Adam Smith. Das Kapital karya Karl Marx. Semuanya adalah karya sastra dalam ilmunya masing-masing. Dan semuanya mampu mengubah dunia yang ditempatinya. Art of War dari China menjadi rujukan bagi Napoleon Bonaparte menginvasi dunia, The Republic dari Yunani mengguncang dunia filsafat politik dan memberikan pandangan baru dalam ilmu kenegaraan, Canon of Medicine dari Arab menjadi dasar ilmu kesehatan oleh seluruh dokter di dunia. Wealth of Nation dari barat memberikan perspektif baru dalam ilmu ekonomi dan bahkan merujuk ke ideology baru yang paling menyebar luas di dunia saat ini. Das Kapital melawannya dengan memberikan efek besar berupa ideology besar yang mengarah ke Perang Dunia 2. Masing-masing hanyalah sebuah buku, berbahan kertas atau perkamen, ditulis dengan pena dan tinta, namun buku-buku ini memiliki kekuatan tak terlihat yang mempengaruhi jutaan umat manusia.

Ideologi liberalisme, kapitalisme, marxisme, komunisme, darimanakah semua itu berasal? Semuanya dari pemikiran beberapa orang yang mereka tuangkan ke dalam tulisan dan mereka publikasikan.. Saat ini pemikiran mereka menjadi rujukan dunia dalam system pemerintahan, namun dulu pemikiran itu dicemooh banyak orang. Mereka dibilang ‘gila’, ‘sinting’ dikutuk banyak orang atas ide-ide mereka yang menabrak batas-batas social, dan moral yang ada saat itu. Namun mengapa kita sampai saat ini masih menggunakan ideology tersebut? Jelas karena ide-ide tersebut tidak hanya terkukung dalam otak mereka saja, namun karena mereka tuliskan, mereka bagikan dan ide tersebut sampai pada orang ‘gila’-orang ‘gila’ di tempat lain, di waktu yang jauh kemudian menyetujui/menyukai ide tersebut dan dengan kekuatan mereka mengaplikasikan ide tersebut dalam kehidupan orang banyak, sukarela ataupun tidak.

Pemikiran. Manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk berpikir dari hal-hal yang paling konyol sampai hal yang besar dan serius. Tapi manusia berpikir, anugerah yang luar biasa dari Tuhan yang membedakannya dari makhluk-makhluk ciptaanNya yang lain. Namun yang ingin disampaikan disini adalah bagaimana pemikiran tersebut bisa sampai kepada orang lain?

Apakah pernah kalian merasa tidak puas akan sesuatu? Tidak suka akan sesuatu? Pernahkah kalian sampaikan kepada orang mengenai ketidaksukaan tersebut? Jika tidak, maka selamat! Dunia kalian mungkin takkan pernah berubah dan terus berjalan dengan mengecewakan kalian. Namun jika kalian utarakan pada orang tersebut mengenai ketidaksukaan itu, kemudian orang tersebut tak menanggapi dan mencemooh kalian apakah kalian akan berhenti begitu saja?

Tuliskanlah. Sampaikanlah pada orang lain. Carilah segelintir orang yang berpikiran sama dengan kalian. Dengan begitu mereka juga memiliki kesempatan untuk merubah dunia mereka. Mungkin kalian akan dikutuk, dikecam, dikatakan tidak menghargai batas-batas yang ada, atau sebaliknya dikatakan tak menghargai kebebasan. Ini era demokrasi, dimana kalian takkan dibunuh karena menuliskan beberapa patah kata saja. Yah terkecuali jika kalian menuliskan tata cara membunuh Presiden Obama, mungkin dalam beberapa jam secret service langsung menangkap kalian di kostan kalian masing-masing.

Pemikiran merupakan ilmu, maka seperti kata Imam Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya.” Biar tak hilang begitu saja begitu kita tak ada di dunia ini lagi.

“We are told to remember the idea, not the man, because a man can fail. He can be caught, he can be killed and forgotten, but 400 years later, an idea can still change the world. I’ve witnessed first hand the power of ideas, I’ve seen people kill in the name of them, and die defending them… but you cannot kiss an idea, cannot touch it, or hold it… ideas do not bleed, they do not feel pain, they do not love…”-Evey Hammond from “V for Vendetta” (2006)

Satu quote lagi!

“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan karya”-Forum Lingkar Pena J

Minatku adalah mengamati. Meskipun terdengar aneh tapi aku senang mengamati banyak hal, terutama manusia. Aku senang melihat bagaimana orang ini dan orang itu berinteraksi satu sama lain, kenapa dia memakai baju cerah hari ini, kenapa dia berwajah itu pagi ini, dan hal-hal lain yang bisa menarik perhatianku. Aku mungkin terlihat seperti orang yang menilai orang dari luarnya saja, tapi sesungguhnya aku hanya menyimpannya untuk diriku sendiri, untuk kuimajinasikan. Yah, memang terdengar semakin aneh.
Minatku berhubungan satu sama lain, dan minatku mengamati manusia berhubungan dengan minatku untuk menulis. Aku suka membayangkan temanku yang satu ini, mendengarnya bercerita, mendengarnya berbicara tentang mimpi-mimpinya, dan aku sudah membayangkan jalannya menuju mimpinya. Aku mengimajinasikannya dalam kepalaku, menuliskannya sebagai sebuah cerita, dan menghadiahkannya padanya sebagai sebuah doa.

Hanya sekedar mengamati bisa mendatangkan banyak hal, dari hal yang paling kecil seperti membantu menghabiskan waktu saat mengantri, menunggu datangnya makanan, atau sampai memperkaya tulisanku dan membuat waspada karena kita tahu karakter orang dari hasil imajinasi sementara kita terhadap orang tersebut. Mengamati itu murah bahkan gratis, semua bisa melakukannya, tentu saja jangan ada niat buruk dalam melakukannya. Dari mengamati kita bisa menjadi siapa saja, bisa menjadi penulis, bisa menjadi seorang aktor, pelukis, menjadi seorang orator, motivator bahkan seorang diplomat.

the great advantage of being writer is that you can spy on people. You’re there, listening to every word, but part of you is observing. Everything is useful to a writer, you see every scrap, even the longest and most boring of luncheon parties   –Graham Greene-



PS: Akhirnya aku ngepost juga, tapi kali ini sekedar untuk membagi tugas Filsafat Ilmu biar dibaca banyak orang....keke...

Sebenarnya tugas ini harusnya dipost di FB, namanya Bandung School, tapi kebetulan harus banyak yang komen sementara punyaku belum ada satupun yg komen. Padahal komen mempengaruhi nilai. hiks... yah sudahlah...