Tidak pernah terbayangkan hari
itu bagi Toni, seorang gadis berusia 15 tahun bahwa ia akan terlibat dalam
kejadian yang akan menghantuinya hingga puluhan tahun mendatang. Hari itu, Laurie,
temannya yang lebih tua dua tahun darinya serta Hope teman terdekatnya, datang
menjemput dirinya untuk menemui teman baru mereka yang bernama Melinda. Dia tak
pernah bertemu Melinda, tapi mendengar bahwa Melinda memiliki kesamaan latar
belakang dengan anggota geng mereka yang lainnya yang sama-sama berasal dari
keluarga yang berantakan ia yakin mereka akan bisa dekat dengan cepat. Di saat
ia bertemu dengan Melinda, ia terkagum-kagum karena gadis berusia 15 tahun ini
sangatlah cantik dan murah senyum dengan rambut yang hitam menawan. Namun Toni
bisa melihat dibalik senyuman Melinda, ada kemarahan yang tertahan. Hari itu
Melinda ikut bersama mereka, namun Toni menyaksikan pisau yang dibawa teman
barunya tersebut.
Di mobil, Melinda menyatakan ia ingin menggunakan pisau tersebut untuk menakut-nakuti seorang gadis berusia 12 tahun bernama Shanda karena telah merebut pacarnya. Toni tidak ingin terlibat, tapi ia tidak bisa menolak untuk ikut bersama mereka. Toni menolak menjadi orang yang menjemput Shanda, ia juga menolak menjadi salah satu orang yang menyiksa gadis 12 tahun itu hingga berdarah-darah. Ia menolak menyaksikan darah keluar dari tubuh Shanda. Tapi ia diam saja. Ia diam saja saat Shanda di bagasi mobil mereka bertiga meronta-ronta kesakitan. Ia diam saja saat Laurie dan Melinda bangun untuk kembali menikamkan pisau ke dada Shanda agar gadis kecil itu mati. Tapi Shanda masih hidup, sepanjang perjalanan Toni dengan sahabat-sahabatnya hingga sampai kerumah Laurie, Shanda masih hidup, Meskipun begitu Toni tetap membisu. Dia menyadari horor yang baru saja dilakukan oleh teman-temannya, saat mereka tertawa-tawa di mobil membicarakan hal mengerikan yang baru saja mereka lakukan terhadap seorang anak perempuan, anak perempuan yang dimaksud tersebut masih hidup, sekarat di bagasi mobil mereka. Hingga akhirnya ia menemui ajalnya saat Laurie dan Melinda memutuskan untuk membakar Shanda hidup-hidup.
Toni memang tidak terlibat, bukan dia yang menculik Shanda dari rumah orang tuanya, bukan ia yang menyiksa Shanda hingga sekarat, atau membakar gadis cilik itu hingga tewas. Namun diamnya dirinya sepanjang peristiwa tersebut menewaskan seorang anak perempuan. Karena diamnya Toni merupakan hal yang menjadikan usaha Shanda bertahan hidup di balik bagasi mobil gadis-gadis remaja tersebut sia-sia. Shanda pada akhirnya tewas juga, tiga kali ditikam di dada dengan jarak waktu yang berbeda tak membuat gadis cilik itu tewas, api yang disulut oleh kemarahan Melinda lah yang pada akhirnya menghentikan perjuangan Shanda.
![]() |
Dua dari remaja ini membunuh anak 12 tahun, satu ikut terlibat penyiksaan, dan satu hanya diam. |
Hal yang disebut dengan desensitization, atau berkurangnya hingga menghilangnya respon terhadap peristiwa atau pengaruh negatif dikarenakan hal tersebut diekspos secara terus-menerus adalah hal yang menjadi realita saat ini. Dan sayangnya untuk memunculkan reaksi dalam kondisi masyarakat atau lingkungan yang sudah ter-desensitization, hanya bisa dengan diekspos oleh eskalasi kekerasan yang lebih. Untuk memberhentikan proses ini hanyalah dengan kemunculan kesadaran dari para saksi dari kekerasan bahwa yang terjadi bukanlah hal yang normal, kekerasan adalah kekerasan dan perlu dihentikan.
Banyak dari orang yang hendak bersaksi atas peristiwa yang terjadi mungkin ketakutan akan keselamatan dirinya. Remaja-remaja ini mungkin takut dianggap sebagai pengadu, takut dijauhi, takut menjadi target berikutnya dari bullying sehingga memutuskan untuk memilih diam. Akan tetapi diam bukanlah terlepas dari tanggung jawab atas peristiwa yang terjadi. Diam juga memiliki pertanggungjawabannya sendiri. Shanda akan masih hidup hingga sekarang, mungkin menikah dan memiliki keturunan jika Toni tidak memilih diam. Budaya diam hanya akan menciptakan masyarakat yang menormalisasikan kekerasan. Jadi ajarkan remaja-remaja ini tanggung jawab dan beban dari diam. Bahwa diam bukan selamanya emas.
Ingatkan mereka kembali akan suara-suara mereka yang berharga, yang bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Ajarkan mereka untuk berhenti diam. Ajarkan mereka untuk tidak takut menyampaikan apa yang mereka saksikan. Di Indonesia sudah terdapat lembaga yang siap memberikan perlindungan bagi mereka yang mau bersaksi, arahkan mereka ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) jika mereka siap bersuara. LPSK siap memberikan perlindungan apapun yang mereka butuhkan agar mereka bisa terjamin keselamatannya baik perlindungan identitas, tempat tinggal dan keamanan yang lainnya. Sehingga diam bukan lagi pilihan.
Referensi:
Lewis, Bob (January 31, 1993). "Thinking the Unthinkable: What Led 4 Teens to Torture, Murder Child?". Los Angeles Times. Retrieved August 24, 2016.
Lohr, David. "Death of Innocence - The Murder of Young Shanda Sharer". Crimelibrary.com. Chapter 9 Dead?. Archived from the original on April 10, 2014. Retrieved August 24, 2016.